Kamis, 26 Juni 2008

Entrepreneur

Mengapa 95% Pelaku MLM Gagal?

Sebenarnya, Multilevel Marketing adalah sebuah terobosan ekonomi yang sangat luar biasa, dimana seseorang dapat memperoleh penghasilan yang sangat besar dari hanya membeli sebuah produk MLM dan melakukan kegiatan promosi sederhana. Bisnis ini mampu mewujudkan teori ekonomi yang paling tua yaitu MODAL sekecil-kecilnya akan memperoleh untung yang sebesar-besarnya

Tetapi anehnya, yang justru menjadi pertanyaan besar adalah mengapa hanya segelintir orang yang berhasil mendapatkan penghasilan besar yang dijanjikan, sementara di sisi lain sebagian besar lagi bukan hanya gagal, tetapi kecewa bahkan trauma ketika mendengar istilah "bisnis MLM".

Kenapa mereka gagal? Walaupun mereka pintar menjual, pintar merekrut orang, namun sebagian besar member mereka tidak mampu menduplikasi kepintaran yang sama. Mengapa? Karena sebagian besar orang tidak bisa menjual. Sebagian besar orang tidak tahu bagaimana cara presentasi, meyakinkan orang... dan sebagian besar orang tidak biasa mengalami penolakan!

Intinya: Mereka tidak akan bisa menjalankan metode yang rumit dan tidak duplikatif.

Kunci rahasia dalam membangun bisnis jaringan yang kuat sebenarnya sederhana, yaitu: Anda harus memiliki sebuah metode yang 100% DUPLIKATIF. Yang dimaksud dengan 100% DUPLIKATIF adalah, metode tersebut harus: Mudah diterapkan oleh siapa saja, Sederhana dan mudah dijalankan, Tidak menyakitkan dalam menjalankannya, Harus menyenangkan!

Karir

4 Langkah Sukses Berkarir

Jika merasa mulai tidak nyaman dengan posisi di kantor, mungkin anda sedang dalam tahap membutuhkan promosi ke tingkatan yang lebih menantang. Dongkrak karir anda dengan 4 langkah berikut.

Kuasai Keahlian Tambahan. Pelajari keahlian tambahan yang bisa mendukung kerja di kantor anda, seperti bahasa asing misalnya. Anda akan mempunyai nilai tambah yang sangat besar di mata perusahaan dan tentunya keberadaan anda menjadi lebih penting dibandingkan karyawan lainnya.

Tingkatkan Interpersonal skill. Kemampuan ini sangat berpengaruh terutama saat berhubungan dengan atasan atau partner kerja. Dengan sikap yang ramah, mudah bergaul dan berkarakter serta menjadi pendengar yang baik akan membantu mencapai tujuan anda.

Jadilah pribadi yang inovatif. Beranikan diri anda untuk menyatakan sesuatu yang berbeda ketika manganalisa setiap permasalahan dalam kerangka pekerjaan. Solusi yang kreatif akan membuat Anda semakin "bernilai" di mata atasan Anda.

"Jual" diri anda. Biarkan orang lain tahu kemajuan anda selama ini. Misalnya, mengenai program kinerja yang sukses ataupun masalah yang pernah anda pecahkan. Tentunya anda harus pintar-pintar memilih waktu dan cara "menjual diri" yang tepat agar tidak vulgar.
http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula

Entrepreneur

Buka Usaha Sampingan Tanpa Resiko...

Apa yang perlu anda perhatikan bila ingin membuka usaha sampingan? Salah satunya adalah anda harus memperhatikan bidang usaha yang ingin dijalankan. Resiko berbisnis bisa dikurangi jika anda benar-benar cermat dalam memilih bidang usaha.

Apakah anda ingin menjalankan usaha rumah makan kecil? Atau membuka toko kelontong? Bisa juga usaha jasa pembuatan kue-kue atau minuman. Bagaimana dengan usaha pernik-pernik/suvenir? Pada prinsipnya, semua bidang usaha tersebut bisa dibagi menjadi:

1. Bidang usaha yang masih jarang atau belum ada yang memulai.
Beberapa dari anda mungkin ragu bila ingin memulai bidang usaha yang belum ada atau masih jarang dilakukan. Tapi itu bukan berarti anda tidak akan sukses dengan bidang usaha jenis ini. Tengok Aqua. Ketika pertama kali diperkenalkan, banyak orang ragu apakah Aqua bisa berhasil di pasaran, padahal belum pernah sebelumnya ada pengusaha yang menjual air minum dalam botol. Bahkan pada awalnya banyak yang mencibir: apa ada orang yang mau membeli air dengan harga lebih mahal dari bensin? Nyatanya Aqua sukses besar.

2. Bidang usaha yang sudah banyak dilakukan
Bisa juga anda memulai bidang Usaha yang sudah banyak dilakukan. Kalau tadi banyak orang ragu untuk memulai bidang usaha yang baru, tapi di lain pihak banyak juga orang yang ragu untuk memulai bidang usaha yang sudah banyak dijalankan. Sebagai contoh, banyak orang ragu untuk membuka usaha toko kelontong, karena di sekitarnya sudah banyak yang melakukannya. Sebenarnya, biarpun usaha toko anda baru berdiri, tapi kalau mempunyai kelebihan atau ciri khas dibanding pesaing anda, selalu ada peluang untuk berhasil. Belum lagi faktor pelayanan yang baik, maka usaha anda walaupun sudah banyak saingan yang lebih dulu berdiri tetap bisa berhasil.
http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula

Entrepereneur

Kenali Konsumen Anda

Si Harimau Agresif
Minggu IV, Juni 2008

Pernahkah anda menghadapi konsumen yang sangat sulit dihadapi? Dari konsumen yang banyak maunya, terlalu menuntut, susah mengambil keputusan, atau model konsumen lainnya yang membuat anda stress.

Sebenarnya solusi masalah ini sangatlah sederhana. Salah satunya adalah dengan mengenali karakter konsumen anda dengan lebih seksama dan mengatasinya sesuai dengan sifat dan kebiasaan mereka.

Secara umum, karakter konsumen terbagi atas 4 golongan besar. Yang pertama, Si Harimau yang agresif, tanpa basa basi, suka pegang kendali, sering memotong pembicaraan, menghindari detail, fokus dengan hasil dan tujuan akhir, dan tidak suka membuang-buang waktu.

Untuk menghadapi Si Harimau ini, anda harus asertif dan tidak perlu banyak berbasa basi. Di awal meeting, katakan bahwa anda mengerti bagaimana sibuknya mereka dan bagaimana berharganya waktu bagi mereka. Katakan saja bahwa anda akan langsung pada inti permasalahan dan selalu fokuskan isi percakapan pada keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari produk atau jasa anda.

Pertahankan posisi anda dengan kepala dingin terutama saat mereka berusaha menekan anda, jangan mudah menyerah. Bagi mereka, ini semua bukanlah tentang anda secara pribadi tapi benar-benar hanya untuk kepentingan bisnis mereka. Terakhir, tanyakan langsung keputusan mereka di akhir meeting -dan yang paling penting- tanpa basa basi. http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula

Entrepreneur

Cara Sukses Memulai Bisnis
Selamat!! Anda sudah berhasil meraih sukses pertama. Dengan membaca artikel ini berarti anda sukses melangkah dengan bertindak demi peningkatan kehidupan finansial anda. Inilah cara sukses pertama memulai bisnis, Take Action!! Anda sudah memulai bisnis anda dengan mengumpulkan informasi seputar memulai bisnis dan strateginya.Next, kerjakan apa yang anda sukai. Anda akan mencurahkan banyak waktu dan energi untuk memulai sebuah bisnis dan membangunnya menjadi usaha yang berhasil. Jadi, sangatlah penting jika anda sangat menyenangi apa yang anda kerjakan. Mulailah bisnis anda ketika anda masih bekerja sebagai karyawan. Ini berarti sudah ada pemasukan (gaji) ketika bisnis baru saja dimulai. Dan, yang paling penting, anda bisa lebih berani mengambil langkah-langkah bisnis yang diperlukan. Kerjakan bisnis anda dengan dukungan keluarga atau teman. Keluarga atau teman yang dapat memberikan ide atau mendengarkan secara simpatik sangat membantu keberhasilan bisnis anda.Yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan bisnis. Langkah ini dapat membantu anda untuk tetap fokus pada target bisnis dan menambah keyakinan anda berbisnis.Terakhir, Tetap Semangat!! Jaga semangat berbisnis di setiap detik, menit dan jam dalam perjuangan kebebasan finansial anda dan keluarga tercinta. Ingat, anda sudah sukses dengan berani memulai bisnis, keberhasilan tinggal perkara waktu saja.

Source: From: "malwa"

Rabu, 25 Juni 2008

Artikel

4 TIPS KERJA TANPA STRES

1. MEJA KERJA BERSIH
Meja kerja yang bersih dari kertas kerja akan sangat membantu andauntuk lebih fokus pada apa yang sedang dikerjakan. Pekerjaan akancepat selesai karena pandangan tidak terganggu dengan tumpukan kertas di atas meja.
2. BEKERJA DENGAN PRIORITAS
SEMUA pekerjaan memang penting untuk diselesaikan secepatnya. Tapi, kita harus bisa membedakan mana yang mendesak untuk diselesaikan, mana yang bisa sedikit ditunda. Bekerjalah denganprioritas! Dan beban pikiran pun akan jauh berkurang.
3. SEGERA AMBIL KEPUTUSAN
Semakin cepat anda mengambil keputusan dalam menghadapi masalah, semakin cepat pula masalah anda akan terselesaikan. And, guess what? Anda tidak perlu lagi berlama-lama stress memikirkan masalah itu. Bukan pekerjaan yang gampang, tapi harus dilakukan secepatnya supaya tidak berlarut-larut. SEMANGAT!!
4. DELEGASIKAN PEKERJAAN
Tidak ada orang di dunia ini yang bisa melakukan segala pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Biasakan untuk mulai membagi beban kerja dengan orang lain di tim kerja anda. Stress berkurang dan anda pun akan punya lebih banyak waktu luang untuk aktivitas lainnya. Masih juga stress? Mungkinkah karena anda tak punya pilihan lain danmerasa dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang sama sekali bukan minat anda? Atau, lebih parah lagi... Anda merasa diperlakukan seperti sapi perah yang hanya menghasilkan keuntungan buat boss anda?
Kalau begitu, sudah saatnya anda bergerak maju dan bebaskan diri anda dari stress! Caranya? Cari peluang bisnis sampingan yang bisamendatangkan penghasilan tambahan. Dengan bertambahnya penghasilan, anda akan punya lebih banyak pilihan dan otomatis stress pun jauh dari pikiran anda...



Source: http://www.dexton.adexindo.com/articles.html
Akses: 26 Januari 2007
http://www.portalhr.com/beritahr/karir/1id457.html

80% Karyawan Tidak Puas dengan Pekerjaan Mereka

Senin, 30 Oktober 2006 - 14:10 WIB
Delapan puluh persen karyawan ternyata tidak puas dengan pekerjaan mereka saat ini. Jajak pendapat yang diadakan oleh JAC Indonesia secara online melalui swa.co.id menghasilkan temuan yang cukup mengagetkan tersebut. JAC Indonesia mengadakan polling mengenai kepuasan terhadap pekerjaan, dengan pertanyaan: Sudah puaskah Anda dengan pekerjaan Anda saat ini? Dan, menyediakan tiga pilihan jawaban: sangat puas, kurang puas, tidak puas. Hasilnya, 80% dari 982 responden menyatakan tidak puas.Kendati cukup mengagetkan, namun gejala semacam itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. E-Media Officer PT JAC Indonesia Unik Sultan membandingkannya dengan penelitian lain yang pernah dilakukan di Amerika. Hasil penelitian itu menyatakan bahwa sebagian dari penduduk Amerika dari berbagai usia, level dan posisi jabatan serta gaji, menyatakan tidak puas terhadap pekerjaan mereka.Lalu, Unik mencoba menganalisis hasil penelitian yang diadakan oleh lembaganya itu. “Kalau ketidakpuasan didefinisikan sebagai suatu kondisi atau perasaan tidak senang dan berharap sesuatu yang lebih baik dari apa yang ada saat ini, maka ketidakpuasan pada pekerjaan dapat mengenai beberapa hal seperti gaji, status kerja, peningkatan karir, kenyamanan tempat, termasuk hubungan karyawan secara keseluruhan dalam perusahaan.”“Setiap orang mempunyai alasan berbeda mengapa mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Bisa saja disebabkan oleh salah satu dari hal-hal tadi, atau pun kombinasi dari berbagai alasan yang dapat membuat seseorang tidak nyaman dan senang dengan pekerjaan saat ini,” tambah dia. Menurut Unik, ketidakpuasan pada pekerjaan bisa terjadi di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun. Akibat pun tidak terbatas pada lingkungan kerja, namun berdampak pula pada kehidupan lainnya seperti keluarga. ”Life affects work, work affects life. Banyak orang yang merasa stres karena permasalahan di tempat kerja, juga menjadi bermasalah di lingkungan lainnya seperti keluarga,” kata Unik seraya menyebut contoh, cenderung bertemperamen tinggi, mudah sekali marah dan kurang bisa berkompromi mudah terjadi pada seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya.Penelitian PsikologiPenelitian psikologi lain juga menunjukkan bahwa ketidakpuasan pada pekerjaan akan berakibat baik langsung maupun tidak langsung pada kehidupan keluarga atau di lingkungan lainnya. ”Maka bagi mereka yang terus menerus memperbaiki kualitas pekerjaannya akan mengalami kemajuan yang positif dalam kehidupan pribadi atau keluarganya,” simpul Unik. Lebih jauh Unik meningatkan, dengan semakin majunya teknologi, bervariasinya model jam kerja, bisnis online, internet dan virtual office, karyawan seolah-olah berada dalam sebuah labirin kehidupan yang kompleks dan berlapis-lapis. Hal itu menjadikan teori atau solusi yang dulunya biasa ada, dinilai tidak lagi relevan.”Ketika solusi yang biasa tak lagi mampu menjawab permasalahan maka hindari pemaksaan dengan harus mengikutinya. Carilah ide ide baru, bertanya kepada rekan anda, jika perlu datanglah kepada selorang konsultan psikolog atau yang lebih relevan terhadap permasalahan Anda,” saran Unik.
Satu dari Empat Staf Merasa Lebih Baik Ketimbang Bosnya
Jumat, 06 Oktober 2006 - 10:23 WIB
Hampir seperempat dari pekerja di Inggris merasa dirinya bisa menjadi manajer yang lebih baik dibanding bos mereka. Sementara satu dari tiga pekerja merasa sangat ingin menggantikan bos mereka, seandainya mereka bisa. Demikian hasil survei yang dilakukan Investors in People, Agustus 2006.
Menurut Survei yang sama, pria (25%) lebih percaya diri akan kemampuan mereka untuk melebihi bos mereka saat ini dibandingkan wanita (18%).
Kurangnya komunikasi oleh para manajer adalah hal yang paling sering dikeluhkan staf. Sebagian besar staf mengeluhkan manajer mereka tidak cukup baik dalam berkomunikasi dengan mereka.Kejujuran adalah hal kedua yang mereka keluhkan, dan hampir seperlima dari staf yang disurvei merasa manajer mereka sering mendapatkan kredit dari pekerjaan mereka.
Sebaliknya, tipe manajer yang menjadi pujaan mereka adalah seorang yang mampu mendelegasikan pekerjaan, diikuti dengan seorang yang tegas tapi adil dan seorang yang memperhatikan karir para stafnya.
"Karena komunikasi yang baik adalah hal paling penting yang harus dimiliki seorang bos yang baik, maka para manajer harus memfokuskan diri mereka untuk membuat tugas dan target yang jelas kepada staf mereka, dan menghubungkan peran karyawan dengan misi perusahaan," jelas Chief Executive Investors in People Ruth Spellman.
Tidak Puas
Survei tersebut juga mengungkapkan, dibanding staf yang sudah lama bekerja, para staf yang baru lebih bahagia dengan bos mereka. Hampir tiga perempat dari staf baru merasa puas dengan bos mereka, sedangkan 37 persen staf yang lama ingin mengganti manajer mereka.
Karyawan dalam perusahaan yang lebih besar juga lebih ingin mengganti manajer mereka dibanding karyawan di perusahaan kecil. Lebih dari sepertiga karyawan yang bekerja di perusahaan dengan seribu karyawan ke atas, menginginkan bos yang baru. Sedangkan dalam perusahaan dengan jumlah karyawan di bawah 50 orang, hanya 24 persen yang merasa tidak puas dengan manajer mereka.
Survei itu juga menemukan, semakin lama bekerja di sebuah perusahaan, staf akan makin menghargai kejujuran manajer mereka.
Di Seluruh Dunia, CEO Perempuan Masih Sangat Jarang
Rabu, 04 Oktober 2006 - 13:13 WIB
Dalam dunia usaha, sampai saat ini perempuan ternyata masih ketinggalan dibandingkan dengan laki-laki. Terutama dalam kaitan dengan posisi puncak, hanya ditemukan hampir satu perempuan dari 10 orang anggota komite eksekutif atau dewan direktur di berbagai belahan dunia. Dalam hal ini representasi di Amerika lebih menggembirakan dibandingkan dengan di Eropa dan Asia.Sebuah studi baru yang dilakukan terhadap 300 perusahan terbesar di dunia dalam ukuran kapitalisasi pasar (100 di Eropa, 100 di Amerika dan 100 di Asia) menemukan, jumlah perempuan yang duduk di tingkat dewan dan komite eksekutif di Amerika dan Kanada dua kali lebih besar dibandingkan di Eropa. Ekonomi di Asia bahkan lebih buruk, dengan 9 kali lebih kecil dibandingkan dengan Amerika. Survei tersebut dilakukan oleh perusahaan international executive search Christian & Timbers dan agensi komunikasi Capital Com.Sementara di Inggris, sebuah survei terpisah yang dilakukan perusahaan konsultan Deloitte menemukan bahwa tidak ada perubahan dalam kecilnya angka –hampir 3 persen- direktur perempuan di perusahaan-perusahaan terbesar di negera tersebut. Hanya 9 dari 350 firma dan hanya 2 dari 100 perusahaan dipimpin oleh perempuan.Apakah kenyataan tersebut merupakan problema lingkungan atau perempuan sendiri? Dua-duanya, menurut Florence Magne dari Christian & Timbers. “Sikap cenderung mementingkan pencapaian karier ketimbang kepuasan keluarga sebenarnya ada pada diri perempuan. Tapi, model sosial kita, jika itu berkembang, masih konservatif dengan stereotip-stereotip yang kuat tentang peran, perilaku dan posisi yang sesuai dengan perempuan.""Ditambah lagi, organisasi dari perusahaan-perusahaan besar secara tradisional diatur berdasarkan pola-pola laki-laki yang sering tidak menguntungkan direktur perempuan,” tambah dia seperti dilaporkan Management-issues.Pada setiap perusahaan di Amerika yang disurvei, terdapat sedikitnya satu perempuan dalam tubuh organisasinya. Sedangkan, 18 perusahaan di Eropa dan 66 perusahaan di Asia sama sekali tidak memilikinya. Sebanyak 29 perusahaan di Amerika memiliki anggota dewan dan komite eksekutif yang terdiri lebih dari 20 persen perempuan, berbanding dengan 5 persen di Eropa dan 2 persen di Asia.Survei juga menemukan, keberadaan perempuan di tingkat dewan umumnya dalam peran supervisi laporan-laporan dan di komite eksekutif biasanya dalam peran operasional. Secara regional, Kanada memperlihatkan representasi yang sangat bagus, dengan 19 persen komite eksekutif adalah perempuan, berbanding dengan Amerika Serikat 14,8 persen.Sedangan regional Eropa bervariasi. Yang tergolong menggembirakan Swedia (27 persen) dan Finlandia (17.6) persen. Selebihnya: Belgium 1.8 persen,� Italia 2.6 persen, dan Spanyol 3.1 persen. Di Asia, secara umum sulit bagi perempuan untuk memimpin perusahaan besar (2.1 persen). Tapi, China tercatat cukup bagus (5.7 persen), juga Korea (4.5 persen). Adapun India hanya 1.8 persen dan Jepang 1.4 persen. Di Eropa hanya ada satu CEO perempuan di perusahaan besar yakni Anne Lauvergeon di Areva (perusahaan energi). Di Amerika ada dua, masing-masing Indra Nooyi di Pepsico dan Irene B Rosenfeld di Kraft Foods. Florence Magne mengatakan, lebih banyak perempuan di posisi puncak akan memberikan kekuatan yang positif. “Perempuan memberi sudut pandang yang melengkapi dalam organisasi, fleksibilitas yang lebih besar dan kecerdasan emosional serta kapasitas untuk menjadi pemain tim yang kuat. Mereka sering dipandang sebagai agen perubahan,” kata dia.
Jumlah Ekspatriat Wanita Membengkak
Jumat, 13 Oktober 2006 - 14:27 WIB
Tak pernah terjadi sebelumnya, jumlah wanita yang dikirim ke tugas-tugas internasional oleh perusahaan mereka mengalami peningkatan. Menariknya, berbeda dengan ekspatriat pria, dalam menjalankan tugasnya di luar negeri para wanita ini cenderung lebih suka tidak didampingi pasangannya.Survei baru yang dilakukan atas 100 perusahaan multinasional, dengan jumlah 17 ribu orang internasional assignees pria dan wanita menemukan peningkatan istimewa yang mengejutkan dalam jumlah wanita yang ditugaskan di kawasan Asia Pasifik. Di mana, perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, mereka mengirimkan 16 kali lipat wanita dalam kesepakatan kerja tahun ini dibandingkan yang mereka kirimkan pada 2001. Survei dilakukan oleh Mercer Human Resource Consulting. Sedangkan perusahaan-perusahaan di kawasan Amerika Utara mengirim 4 kali lipat dan di Eropa telah melakukannya rata-rata lebih dari dua kali lipat. “Pertumbuhan tinggi pada angka wanita yang ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaan-perusahaan di Asia Pacific merefleksikan fakta bahwa bisnis di kawasan ini, khususnya di China, telah semakin mengglobal,” kata pejabat pada Mercer Human Resource Consulting Yvonne Sonsino.Lebih dari separo perusahaan multinasional yang diteliti (55%) berharap, pertumbuhan tersebut terus meningkat dalam lima tahun ke depan. Sementara, sepertiga percaya angka tersebut akan tetap sama dan hampir 4% percaya, angka itu akan turun. “Dikirim dalam penempatan ekspatriat merupakan langkah penting bagi jenjang karir, dan ketertarikan wanita dalam mengambil tugas itu meningkat,” kata Sonsino.Meskipun perusahaan-perusahaan yang disurvei secara umum tidak memiliki kebijakan-kebijakan khusus mengenai ekspatriat wanita, studi itu menemukan beberapa perbedaan dalam perlakuan terhadap dua lawan jenis. Contohnya, 15% perusahaan mengatakan, mereka tidak akan mengirim wanita ke lokasi-lokasi yang sulit seperti Timut Tengah. Perbedaan TerbesarPerbedaan terbesar justru terletak pada kecenderungan yang lebih tinggi pada wanita ekspatriat untuk meninggalkan pasangannya di rumah ketika mereka dikirim ke luar negeri, dibandingkan pria ekspat. Hampir 6 dari 10 (57%) perusahaan mengatakan, mayoritas assignees wanita mereka didampingi pasangannya. Hanya 16% yang mengatakan bahwa assignees wanita mereka melakukan hal yang sama.Ekspatriat wanita juga kurang dibandingkan pria yang umumnya telah memiliki pasangan sebelum menjalankan tugas. Tiga perempat perusahaan mengatakan, mayoritas assignees pria mereka telah memiliki pasangan sebelum dikirim, tapi hanya seperempat yang mengaku hal yang sama untuk ekspatriat wanita.“Studi ini menunjukkan, pasangan dari wanita-wanita sukses juga cenderung punya kekuatan tinggi dalam karirnya. Ketika wanita didorong untuk tugas internasional, pasangan mereka tak perlu membuat konsesi karir untuk menemani,” kata Ms Sonsino. Fakta lain yang muncul dari studi yang sama adalah sekitar ekspatriat wanita yang berstatus single parent. Lebih dari 12% (satu dari 10) perusahaan mengatakan, beberapa ekspat wanita mereka adalah orangtua tunggal. Tapi, hanya 4% yang memberikan dukungan tambahan untuk mereka.“Program-program ekspatriat tidak didesain untuk mencakup pemberian dukungan bagi single parent. Ada kebutuhan tambahan bagi perusahaan untuk meng-update kebijakan mereka soal itu,” simpul Mr Sonsino.
Kerja Profesional Naik, Kerja Pabrikan Turun
Kamis, 14 Desember 2006 - 14:05 WIB
Dalam satu dekade terakhir, lebih banyak orang yang karirnya naik ke level manajerial bergaji bagus, profesional atau semi-profesional. Sebaliknya, pekerjaan yang tak menuntut keahlian tinggi, dan pekerjaan bergaji rendah tumbuh lebih lambat. Demikian sebuah survei di Inggris.
Studi yang dilakukan The Work Foundation menemukan bahwa setelah “booming” sektor kerja berkeahlian rendah dan bergaji kecil sejak pertengah 1990-an, kini kecenderungan pertumbuhannya terus menurun. Dibandingkan dengan “pekerjaan bagus” pada level yang lebih tinggi, penurunan itu cukup kentara di pasar tenaga kerja.
Di kalangan pekerja pria, pekerjaan manajerial telah tumbuh lebih dari 12%, pekerjaan profesional lebih dari 8% dan pekerjaan profesional associate (seperti perawat atau teknisi komputer) hampir 17% antara 1995 – 2005.
Ditemukan pula, bahwa satu dekade terakhir ini lebih banyak wanita yang karirnya bergerak ke pekerjaan manajerial dan profesional. Pada kaum ini, angka pertumbuhan manajer mendekati 30%, profesional lebih dari 15% dan profesional associate lebih dari separo.
Direktur program pengetahuan ekonomi pada The Work Foundation Ian Brinkley, yang ikut menuliskan laporan penelitian tersebut mengatakan bahwa turunnya angka pekerja pabrikan memang tidak serta-merta berarti berakhirnya kerja rendahan bergaji rendah bagi banyak orang.
Tapi, bagaimana pun, menurut dia, dunia kerja yang lebih berorientasi pengetahuan, di mana orang bekerja dengan otak lebih banyak ketimbang mereka yang bekerja dengan tangan, seperti ditunjukkan hasil penelitian ini, secara relatif merupakan perkembangan yang baik bagi kaum pekerja.
“Yang terjadi, tampaknya, dunia kerja lebih mobile dari yang kita sangka selama ini,” kata Brinkley.
“Meskipun terdapat sedikit polarisasi di kalangan pekerja pria, dengan pertumbuhan tipe-tipe kerja seperti pengacara, akuntan dan konsultan manajemen, namun secara umum pengetahuan ekonomi tampaknya tidak menciptakan cabang kelas baru,” lanjut dia.
Sedangkan di kalangan pekerja wanita, secara khusus, Brinkley melihat adanya trasisi yang mulus ke pekerjaan berkeahlian lebih tinggi dan bergaji lebih besar.
Laporan penelitian tersebut juga memperlihatkan pengaruh penyebaran teknologi informasi terhadap dunia kerja. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat administrasi dan kesekretariatan, yang secara tradisional identik dengan wanita, turun sangat tajam. Sementara, pekerjaan yang bersifat layanan individu – yang secara alamiah kebal terhadap komputerisasi- meningkat.
Pada pria, tipe-tipe pekerjaan yang berkaitan dengan proses, perencanaan dan operasi mesin juga turun.

Artikel

http://www.bigs.or.id/
Gaji Gaji Dosen: Sekali Keluar Rumah Dua Tiga Kampus Terlampaui

Bandung itu setidaknya ada 74 perguruan tinggi dengan delapan perguruan tinggi negeri dan 66 perguruan tinggi swasta. Jumlah mahasiswanya diperkirakan mencapai lebih dari 150 ribu orang. Sementara jumlah dosennya diperkirakan mencapai belasan ribu orang. Sebanyak 7.568 orang dosen perguruan tinggi swasta dan 4.206 orang dosen perguruan tinggi negeri (ITB, Unpad dan UPI). (Bandung dalam Angka, BPS, 2003).DULU dosen itu disebut mahaguru, anak didiknya disebut mahasiswa. Maha adalah yang tertinggi, yang terbaik, begitu pula kemudian profesi ini diberi arti. Mahaguru: mahanya para guru. Tapi entah kenapa terjadi penyusutan arti, kini sebutan mahaguru hanya untuk profesor, guru mahasiswa selain profesor, sebutannya ya dosen itu. tapi bagaimana pun rasanya tak seorang pun akan menafikan bahwa profesi dosen adalah istimewa, mulia dan adiluhung. Dosen jelas berbeda dengan guru. Ada kewajiban lain yang melekat pada dirinya. Kewajiban mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Artinya, seorang dosen itu, selain sebagai pengajar atau pendidik dia pun harus menjadi seorang peneliti. Maka dari itu, mutlak pula seorang dosen itu harus juga rajin-rajin membaca buku, setidaknya buku yang berhubungan dengan studi yang diajarkannya biar tidak ketinggalan oleh mahasiswanya, termasuk ikut seminar, diskusi, kursus dan tentu saja meneliti. Bagaimana mungkin menjadi penyidang hasil penelitian mahasiswa (skripsi, thesis dan desertasi) jika dia bukan seorang peneliti.Tidak bisa dinafikan, cukup terjal perjalanan seseorang menjadi dosen. Saringannya cukup ketat. Tidak cuma mesti lulus dengan IPK yang sangat baik, IQ pun harus di atas rata-rata. Kemampuan berbicara dan kemampuan menulis pun menjadi persyaratan yang harus dipenuhi. Jika dosen yang bergelar sarjana strata satu (S1) kemudian sekolah lagi, itu hal jamak. Di beberapa perguruan tinggi swasta, seorang dosen pemula ternyata tidak cukup dengan bekal sarjana strata satu, gelar S2 dan S3 lebih diperhatikan. Tapi itu pun tidak menyurutkan orang berbondong-bondong melamar menjadi dosen.Lantas, mengapa orang mau menjadi dosen? Bahwa citra yang tinggi dinilai masyarakat mungkin benar, tapi bukan itu yang menjadi alasan utama para dosen ini mau ‘berpeluh-peluh’ mengabdi. Wakil Rektor Bidang Sumberdaya ITB, Deny Juanda Puradimaja menyebut, mengapa orang mau menjadi dosen karena dengan menjadi dosen seseorang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan diri dan keilmuannya. “Selain itu berdasarkan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat, sampai saat ini citra dosen cukup baik,” katanya.Dengan mejadi dosen pun orang pun bisa berbagi ilmu. Setidaknya itu diungkapkan oleh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba, Askurifai Baksin.“Sebelum jadi dosen saya adalah praktisi. Saya jadi dosen selain karena ada kesempatan, saya pun ingin berbagi ilmu yang saya miliki,” katanya. Sebelumnya Askur memang pernah jadi wartawan di berbagai media cetak. Saat ini pun ia masih bergelut dibidang praktisi jurnalistik dengan memberikan pelatihan melalui lembaga yang dipimpinnya, Intermedia.Budi Rajab, dosen senior dari Universitas Padjadjaran punya jawaban lain. Katanya, menjadi dosen itu karena kepingin saja,bukan lantaran idelisme bisa menyumbangkan banyak gagasan, pikiran dan lain-lain. “Tidak begitu, senang aja. Kan jadi dosen itu bisa banyak bicara dan bisa ngomong tentang segala “ sesuatu “. Ya begitu aja lah,” katanya.Hal yang berbeda justru disampaikan oleh, sebut saja Halim dosen tidak tetap sebuah PTN di Kota Bandung. Ini lebih realistis dan pragmatis. Katanya kesempatan menjadi dosen ia coba raih karena profesi ini menjanjikan kemapanan. Selain, kalau diterima, ia akan menjadi PNS yang penghasilannya teratur, jenjang karirnya pun cukup jelas. Karena itu pula ia tidak segan untuk magang di almamaternya itu meski tidak dibayar. Ia pun tidak merasa sayang mengeluarkan biaya sendiri untuk masuk pasca sarjana di sebuah universitas ternama di kota ini.Tampaknya ‘harapan’ untuk menjangkau sebuah kemapanan memang menjadi pemicu semangat. Bukan hanya untuk menjadi dosen PNS, tapi juga menjadi dosen swasta. Tak heran, banyak yang bersedia dibayar ‘murah’ demi sebuah referensi agar berpeluang menjadi dosen tetap: pernah mengajar di sebuah perguruan tinggi! Murahnya bayaran para dosen swasta ini memang sudah menjadi rahasia umum. Sebagai ilustrasi, seorang dosen tidak tetap di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung Timur, bersedia dibayar hanya Rp 15 ribu per SKS dengan pertemuan empat kali sebulan. Dengan mengajar empat SKS, artinya ia hanya dibayar Rp 60 ribu per bulan. Lebih kecil dan jauh lebih murah daripada upah minimum kota (UMK) sekalipun.Tapi tentu saja angka itu bisa berbeda di tempat lain. Jumlah mahasiswa dan nama perguruan tinggi swasta yang punya nama akan berbeda memperlakukan dosen tidak tetapnya.Tapi rata-rata per SKS nya sekitar Rp 30 hingga 40 ribu,per bulannya. Itu pun kalau full mengajar. Kalau absen sekali saja, total penghasilan akan berkurang. Maka tak aneh pula, kalau banyak dosen swasta yang kemudian ‘membuka warung’ di berbagai tempat. Mengajar dari satu kampus ke kampus yang lain. Tujuannya utamanya mendapat referensi,tujuan lain yang seringkali lebih penting: mengejar setoran. Menutupi kebutuhan.Tapi ternyata hal ini bukan melulu dilakukan oleh para dosen swasta. Dosen negeri yang nota bene seorang PNS pun tak terhitung melakukan hal yang sama. Inilah yang kemudian dianggap sebuah kewajaran. Alasannya struktur gaji yang sekarang jauh dari memadai.“Kalau gaji memadai, katakanlah Rp 5 juta.Dia tentu akan optimal dalam mengajar,meneliti dan lainnya. Dalam pikirannya tak akan terpikir mengajar atau ngobyek di tempat lain.Tapi selama gajinya belum tinggi, pikirannya adalah,wah gua harus ngajar di mana lagi nih,” kata Askurifai.Sebuah ilustrasi disampaikan oleh Hadi Suprapto Arifin, Kepala Humas Unpad. Menurut dia, dosen PNS dengan golongan 3A, standar gajinya sekitar Rp 800 ribuan sama dengan golongan 3A tenaga administrasi. Tapi dosen lebih besar dengan tunjangan sekitar Rp 300 ribuan. “Di luar itu dia bisa mengajar di mana-mana. Misalnya di ekstensi dan D III. Ujung-ujungnya penghasilannya lumayan,” katanya.Jadi lumayannya itu memang dari mengajar di mana-mana. Meskipun untuk Unpad, kata Hadi mereka bisa mengajar di program program D III atau ekstensi yang memang terdapat di kampus dengan jumlah mahasiswa terbesar di Kota Bandung ini. Dan biasanya, perguruan tinggi pun tidak keberatan soal itu.“Sejauh tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dipenuhi. Bagi Unpad, mengajar di luar itu bukan hanya sekedar menambah penghasilan, tapi juga merupakan wujud kepedulian Unpad terhadap kawan-kawan di luar. Kawan-kawan di perguruan tinggi swasta,” katanya.Menurut Hadi,mengajar di tempat lain itu merupakan salah satu bentuk dalam proses kerjasama. Karena itu pula maka menjadi lumrah banyak perguruan tinggi swasta memasang logo Unpad papan nama perguruan tingginya. “Itu boleh karena memang bagian dari membantu. Apalagi ada yang jadi dekan atau bahkan rektornya itu dosen Unpad. Tapi tentu saja ini tidak abadi. Kalau kaderisasi perguruan tinggi swasta itu sudah jalan, dosen-dosen Unpad itu bisa dipulangkan. Itu salah satu bagian dari Tridharma perguruan tinggi, sebagai bagian dari mengabdi. Di luar itu kami pun mendapatkan fee. Jadi tidak ada masalah,” katanya.Kebolehan ini bukanlah melulu sikap Unpad. Beberapa perguruan tinggi lain juga menganggap wajar upaya dosen-dosennya mengajar di tempat lain dengan alasan mengabdi tapi berujung penambahan penghasilan itu.Yang secara terbuka berbeda pendapat disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Sumberdaya ITB, Deny Juanda Puradimaja. Kata dia, dosen ITB yang mengajar di perguruan tinggi lain dimaksudkan untuk mengisi kerjasama kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi. “Beberapa dosen ITB memang mendapat penugasan mengajar di perguruan tinggi mitra, tetapi tidak dilakukan secara masal dan tidak bertujuan untuk menambah penghasilan,” katanya.Kalau tujuannya untuk menambah penghasilan, Deny mengatakan dosen ITB itu umumnya “menjual” kepakarannya melalui jasa konsultasi kepakaran dan bukan mengajar di mana-mana.KualitasKalau benar dosen-dosen banyak menghabiskan waktunya mengajar dari kampus ke kampus,bagaimana dia mampu meningkatkan kualitas dirinya? Jangan terlalu berharap banyak. Menurut Askurifai, kalau seorang dosen mengajar di mana-mana, energinya akan habis di jalan. “Jadi tidak ada waktu lagi untuk meningkatkan kualitas diri,” katanya.Menurut dia, akan berbeda jika, tambahan yang disasarnya dalam bentuk pekerjaan lain yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya dosen arsitek membuat konsultan arsitektur, atau dosen hukum menjadi konsultan hukum atau dosen jurnalistik mengadakan pelatihan jurnalistik. Selain apa yang disampaikan kepada mahasiswanya akan sesuai dengan realita di lapangan, juga kemampuannya pun akan lebih terasah. “Idealnya dosen itu mengajar satu hari satu mata kuliah. Jadi benar-benar matang persiapannya. Jika di satu kampus dua mata kuliah, di kampus lain dua mata kuliah lagi. Tidak akan terbayang capenya,” katanya.Menurut di mengajar itu bukan pekerjaan ringan. “Selain ngomong, kita juga harus mendengarkan dan memperhatikan,” tambah Askur.Itu dalam mengajar. Kualitas dosen itu bukan hanya mengajar. Setidaknya ada dua keterampilan lain yang harus juga dimiliki seorang dosen. Kemampuan menulis dan meneliti. Bahkan Subagio, dosen IAIN menambahkan: kemampuan dan frekuensi si dosen dalam memberikan ceramah di luar ruang kuliah.Menurut dosen dan aktivis LSM ini, banyak dosen terjebak dalam text book oriented atau terlalu mengikuti buku teori. “Pake text book tidak terlalu buruk. Buku teks memang dibuat untuk memandu. Tapi jelek manakala terlalu ke teks sehingga mahasiswa sebagai subjek belajar tidak diperkaya. Apalagi kalau ternyata teksnya pun gagal dipahami. Teksnya saja teu kaharti ku dosen, jadi boro-boro bisa berimprovisasi,” katanya.Di luar itu dia mencontohkan, seorang koleganya diberi tugas untuk mengajar satu mata kuliah. Ternyata di tengah jalan tidak sanggup. “Jadi ada double kesalahan. Pertama, fakultas yang memberi tugas tanpa melihat kemampuan, kedua dosen yang bersangkutan yang menerima penugasan. Kalau tidak mampu kenapa mau ditugasi. Mengapa tidak berusaha keras untuk mempelajari, toh buku-buku itu sudah ada,” ujarnya.Selain itu kemampuan bahasa Inggris di kalangan dosen juga banyak yang masih buruk. “Meskipun saya tidak bisa merata-ratakan lantaran belum melakukan survey, tapi saya melihat kemampuan berbahasa Inggris dosen itu masih buruk. Bahkan di tempat saya, jangankan bahasa Inggris, penggunaan bahasa Indonesia pun pikarunyaeun. Ini bisa dilihat ketika beradu argumentasi. Kemampuan bahasa itu kan bisa dilihat ketika bicara. Dari ngobrol sehari-hari pun wawasan orang kan bisa kelihatan,” katanya.“Saya percaya, persoalan buruknya kualitas dosen bukan hanya hanya di tempatnya saja. Juga di tempat lain,” tambahnya. Senada Budi Rajab. Namun dosen Unpad ini bukan melihat dari tiga hal di atas. Menurut dia, ‘kurang baik’nya kualitas dosen itu lebih pada kurangnya upaya untuk menambah informasi dan menambah pengetahuan.Bahkan, tambah dia, seringkali mereka seolah-olah menjadi pekerja rutin dan terjebak dalam pekerjaan-pekerjaan administratif. Padahal dalam struktur kepegawaian, dosen itu tenaga fungsional. Urusan administratif itu bisa dalam bentuk kegiatan rutin struktural sebagai pegawai universitas atau fakultas, atau juga kegiatan yang merupakan proyek-proyek universitas Menurut Budi, kegiatan memang perlu, tapi kalau rutin tidak. Solusinya: “Universitas dan negara harus memberi peluang dan kemudahan bagi para dosen untuk mengembangkan dirinya, terutama kemampuan intelektualnya,” katanya.Proyek Di luar mengajar, meneliti dan dan mengembangkan diri, masih ada anggapan yang dianggap miring. Dosen bukan hanya mengajar tapi juga ‘menjual’ kepakarannya untuk menambah penghasilan. Kalau perlu ‘cuma’ membatasi minimal mengajar yang dua belas SKS. Sselaras dan sebatas kewajibannya.Tapi ternyata ini pun sah-sah saja. Alasannya selain penghasilan, sebetulnya dosen yang aktif dengan kegiatan proyek memiliki kesempatan sangat berharga untuk mengaplikasikan ilmunya dan sekaligus untuk mendapatkan feed back untuk menyempurnakan pengetahuan teoritisnya. Apalagi jika pekerjaan diluar itu adalah proyek untuk negara. Sebutannya pun menjadi pengabdian.Pengamat pendidikan yang juga dosen ITB, Ir. Eko Purwono, Ms. Arch. S mengatakan setidaknya ada tiga hal yang membuat dosen lebih memilih bekerja di luar kampus daripada mengajar mahasiswanya.Pertama memang untuk menutupi gaji yang kurang, Kedua, Eko melihat hal lain yang lebih penting: Aktualisasi diri. Kalau hanya mengajar, apalagi mata kuliah yang sama selama bertahun-tahun, akan sangat membosankan. “Kalau saya dosen hukum yang kemudian juga praktek jadi pengacara, tentunya saya bisa memperkaya pengetahuan, memperluas wawasan dengan apa yang terjadi di luar. Saya tidak lagi mengajar hanya teks book. Praktek saya akan semakin mengisi kekurang teks book thinking,” katanya. Selain itu, yang ketiga, kata dia, memang sifat orang Indonesia yang tidak bisa bekerja di satu tempat. “Sekalipun gajinya cukup, dia akan tetap mencari yang lain. Mungkin karena budaya kita Bahkan meski dia tekor atau tidak digaji, yang penting aktif di mana-mana. Tidak seperti di tempat lain, kalau sudah satu kerjaan, itu saja yang ditekuni sampai malam,” tandas Ketua Yayasan Masyarakat Pemerhati Pendidikan Indonesia (MP2I) ini. Hanya saja, kata Eko, apakah pekerjaan di luar itu benar-benar merupakan pengabdian atau bukan adalah pertanyaan yang harus dijawab dengan tegas, sebab istilah pengabdian kepada masyarakat itu bisa saja merupakan kata bersayap. “Contohnya, sebagai dosen arsitek, ketika saya merancang rumah orang miskin, bisa jadi itu pengabdian. Tapi kalau saya merancang rumah walikota lalu dibayar Rp. 3 juta, itu pengabdian bukan?. Kalau saya buka biro arsitek, menerima konsultasi dan pendapatan saya dari itu Rp.10 juta per bulan dibanding Rp. 2 juta per bulan di kampus, itu pengabdian bukan? Kalau menurut saya, itu bukan pengabdian. Tapi perguruan tinggi sendiri masih menganggap itu pengabdian,” katanya.Karena itu pula, bukan hal yang mengherankan kalau kemudian banyak dosen yang bisa berkecukupan lantaran proyek-proyek di luarnya. “Dilihat dari pekerjaannya ada yang bilang pengabdian, tapi isinya proyek semua...,” katanya sambil tertawa. Menurut dia, hingga saat ini belum ada yang mempersoalkan hal ini, perguruan tinggi, ITB misalnya hanya membuat aturan soal jam mengajar. “Setelah itu, terserah kamu,” katanya.Dan itu pun bukan cuma ITB yang bersikap seperti itu. Perguruan tinggi lain pun hampir sama dan sebangun dalam memandang dosennya yang punya kegiatan diluaran. Memperbolehkan selama tidak mangkir dari kewajibannya.Dr. Aloysius Rusli Pembantu Rektor I Universitas Katholik Parahyangan mengatakan sejauh pengamatannya memang ada dosen Unpar yang terlibat dalam sejumlah proyek, termasuk proyek besar seperti Tol Panci dan Jembatan Jawa-Madura. Tapi itu tidak menjadi masalah lantaran dedikasi dosen-dosen itu masih cukup baik. Menurut dia, prosentase dosen yang terlibat proyek itu masih sangat kecil. Itu pun lebih banyak dosen senior. Tapi karena dedikasinya masih bagus, kehadirannya pun lumayan.” Kita menerapkan prosentasi kehadiran mahasiswa kurang lebih 80% maka dosen juga harus sama. Jika tidak, akan tumbuh rasa ketidakadilan,” katanya. Rusli mengatakan dosen-dosen UNPAR jarang “ngobyek”, selain karena penghasilannya memadai, juga karena dosen-dosen Unpar pandai mencari tambahan penghasilan tanpa mengabaikan tugas mengajar. “Kita menerapkan aturan bagi dosen 36 jam per minggu harus ada di kampus. Artinya 6 jam sehari bekerja di kampus, selebihnya bisa mengerjakan yang lain. Saya sendiri bekerja 10 jam sehari, dan dengan kebijakan ini saya merasa bisa,” katanya.Sementara di Unpad kata Hadi, pihak universitas mempersilahkan dosennya punya aktivitas di luar selama kewajibannya sudah dilaksanakan. Itu pun sangat fleksibel. “Dosen Unpad kewajibannya minimalnya memang 12 SKS. Tapi kita fleksibel apalagi dosen itu sebagian besar waktunya dihabiskan di luar kelas. Artinya di bisa melakukan penelitian, menulis, juga termasuk mengajar di tempat lain,” katanya.Menurut dia, dosen memang bisa kaya kalau dia bisa memanfaatkan ilmunya. Menulis buku yang menjadi best seller ataupun mengerjakan proyek-proyek. Tapi itu biasanya terbatas pada dosen yang punya kemampuan luar biasa dan istimewa. Selebihnya jangan pernah berharap akan kaya. “Kalau mau kaya, jadilah pedagang,” katanya.Dosen adalah pekerjaan mulia. Setidaknya begitu hingga kini anggapan masyarakat. Mulia, selain karena mereka adalah orang terpilih, mulia karena melalui dia ilmu bisa tersebar. Sayang, citra belumlah sepadan dengan fakta. Kenyataan masih bicara, banyak dosen yang mesti berepot-repot mencari tambahan. Kalau boleh diistilahkan: Sekali Keluar Rumah Dua Tiga Kampus Terlampaui.*** fridolin berek, suhud darmawan

Artikel

http://www.bigs.or.id/bujet/19/laput5.htm

Ada Korelasi Kualitas Dosen Dengan Kualitas Lulusan PT ?
Apakah ada korelasi antara kualitas hidup dosen dengan kualitas mahasiswa yang diajarnya? Harusnya ada. “Logikanya kalau kualitas hidup dosen baik, dia punya peluang untuk mengembangkan diri dan ilmunya. Kalau itu terjadi mahasiswanya akan mendapatkan yang terbaik,” kata Hadi Suprapto Arifin, kepala Humas UnpadSebaliknya, jika kalau kualitas hidup dosen pas-pasan kemudian habis waktunya untuk mencari tambahan, maka yang diberikannya juga terbatas,” katanya lagi.Senada Wakil Rektor ITB bidang Sumber Daya, Deny Juanda. Menurut dia, meskipun belum ada penelitian tentang hal tersebut, tetapi secara sepintas dapat dikemukakan tesis bahwa semakin baik kualitas hidup dosen, semakin baik pula dalam melaksanakan tugasnya. “Yang bersangkutan dapat berkonsentrasi penuh dalam melaksanakan tugas dosen, sehingga kualitas lulusan dapat lebih baik,” katanya.Tentunya kualitas dosen itu bukan sekedar hanya dilihat dari kualitas hidup. Kemampuan mengajar, pengetahuan dan kedisiplinan dalam mengajar juga perlu diperhitungkan.“Kalau kemampuan mengajar, pengetahuan dan kedisiplinan dalam mengajar buruk tentu saja akan membuat frustasi mahasiswanya,” kata Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati, Subagio B. Prajitno. Buruknya kemampuan itu, katanya lagi, adalah kenyataan yang memang banyak banyak menimpa dosen kita saat ini.Tapi, meskipun demikian, mahasiswanya pun punya andil dalam menentukan berkualitas atau tidaknya lulusan suatu perguruan tinggi.Hanya saja, tambah Subagio, dari pengamatannya selama ini, hanya sebagian kecil mahasiswa yang bisa melepaskan diri dari kondisi belajar yang yang buruk dan mampu menyikapi dengan benar hingga bisa lulus menjadi sarjana berkualitas.“Sisanya bisa dilihat ketika saya membimbing skripsi. Merumuskan masalah penelitian saja banyak yang ngawur. Dari struktur kalimat sudah menunjukan adanya kekacauan berpikir yang luar biasa,” katanya.Karena itu pula, maka ada juga dosen yang menganggap bahwa kualitas mahasiswa ada kaitannya dengan kualitas dosen. Eko Purwanto misalnya. Menurut dosen ITB ini, dosen yang mengajar itu tetap sama, itu itu juga. Kalau kemudian kualitas mahasiswa menurut, itu bukan karena dosen. “Mungkin karena sistem seleksi masuk yang kemudian mempengaruhi sistem belajarnya sekarang,” katanya. Pada saat seleksi dulu, kata dia, para calon mahasiswa itu lebih berupaya belajar menjawab soal agar bisa menerobos masuk. Termasuk dengan mengikuti bimbingan belajar. “Dan ini yang terus berpengaruh sampai ke perguruan tinggi,” tambahnya.Bisnis Tetapi, sungguhpun demikian, sejatinya kualitas SDM di kalangan kampus tidaklah sesederhana hanya membandingkan kualitas dosen dan kualitas lulusan. Ada yang lebih hal yang lebih besar dari itu. Kampus telah menjadi ranah bisnis.Pembantu Rektor III Universtitas Pasundan (Unpad) Yaya M. Abdul Aziz mengakatan saat ini dunia pendidikan tinggi sudah terbawa juga oleh arus lingkungan makro. “Lingkungan makro itu adalah lingkungan di mana suatu perguruan tinggi berada dengan arus tuntutan yang lebih bersifat kapitalistik. Akibatnya pendidikan cenderung dijadikan lahan bisnis,” katanya. Dengan terjadinya komoditifikasi pendidikan tinggi, kampus kemudian jadi berorientasi kepada pasar atau hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Inilah yang kemudian akan membahayakan aspek kualitas yang dihasilkan. “Bagaimana mungkin, dengan SDM yang terbatas, fasilitas yang terbatas, mau merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya. Apakah ada tanggungjawab moral, nanti lulusannya akan seperti apa?” begitu katanya. frido/hud

Artikel

AKTUALISASI DIRI ; PUNCAK DARI KEBUTUHAN HIDUP KARYAWAN UNTUK BERKEMBANG
Drs. Effiyaldi, MM *
Abstrak Untuk terus bertahan hidup manusia harus mampu memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia tersusun atas lima hirarki. Pimpinan yang baik adalah pimpinan yang mampu memberikan peluang bagi karyawan untuk mengembangkan dirinya melalui pengembangan potensi diri. Pimpinan yang mampu memberi peluang bagi Karyawannya untuk mengembangkan potensi dirinya akan menghasilkan berbagai karya inovatif dan produktif. Sebaliknya pimpinan yang tidak memberi peluang bagi karyawan untuk berkembang akan menciptakan karyawan yang statis dan apatis.I. PENDAHULUANManusia diciptakan Tuhan sebagai makluk yg paling sempurna jika dibandingkan dengan makluk-makluk lainnya. Untuk dapat hidup sempurna, manusia harus mampu memenuhi segala kebutuhannya. Baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi, manusia harus bekerja . Dengan bekerja manusia memperoleh penghasilan (uang), dengan uang manusia dapat membelanjakannya dengan sejumlah kebutuhan.Tetapi, dengan uang saja untuk memenuhi semua kebutuhan belumlah cukup. Uang hanya dapat dibelanjakan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang hanya dapat dibeli dengan sejumlah uang. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak, pembangkit, penguat untuk berprilaku. Apabila terdapat kekurangan yang dialami seseorang maka ia akan sangaty peka untuk melakukan Usaha.Salah satu kebutuhan manusia yang tidak dapat dipenuhi dengan sejumlah uang adalah kebutuhan untuk mewujudkan dirinya di tengah-tengah masyarakat atau komunitasnya. Atau yang lazim disebut sebagai Aktualisasi Diri. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan tidak semua orang dapat memenuhinya. Maslow dalam Papu (2002) dengan teori Hirarki Kebutuhan, membagi kebutuhan manusia itu atas lima tingkatan, mulai dari tingkatan yang paling rendah yang paling mudah dipenuhi sampai kebutuhan yang paling tinggi yang paling sulit dipenuhi. Salah satu kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mewujudkan dirinya di tengah-tengah masyarakat atau komunitasnya (Aktualisasi Diri = Self Actualization).Tidak mudah memang memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini. Kebutuhan aktualisasi diri akan dapat terpenuhi apabila empat kebutuhan lainnya yang dikemukakan Maslow sudah terpenuhi. Apabila karyawan mampu memenuhi aktualisasi diri atau mampu mewujudkan dirinya di tengah-tengah kumunitasnya akan menjamin adanya kepuasan kerja bagi karyawan. Jika karyawan merasa puas akan menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik akan meningkatkan produktivitas karyawan yang tentunya akan bermuara pada peningkatan perolehan keuntungan bagi perusahaan.II. KEBUTUHAN DASAR MANUSIASetiap makluk yang hidup di dunia ini, khususnya manusia memiliki kebutuhan (need). Untuk dapat bertahan hidup manusia harus mampu memenuhi kebutuhannya minimal kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar manusia adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Sartain dalam Purwanto (1990) mengatakan bahwa kebutuhan hanyalah sebagai suatu istilah yang berarti suatu kekurangan tertentu didalam suatu organisme. Bagi manusia istilah kebutuhan sudah mengandung arti yang sangat luas, tidak hanya yang bersifat fisiologis tapi juga psikis. jadi kebutuhan dasat manusia dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kebutuhan fisiologi dan kebutihan psikis.Derajad pemenuhan kebutuhan manusia itu terjadi secara bertahap. Dimulai dari pemenuhan kebutuhan manusia yang paling mendesak dan mendasar adalah kebutuhan minimal (primer) seperti; kebutuhan fisiologis di antaranya; sandang, papan, pangan dan kesehatan. Jika kebutuhan itu telah terpenuhi, maka kebutuhan berikutnya yang mendesak adalah kebutuhan psikologis, di antaranya; rasa aman dan terlindungi. Bila kebutuhan inipun telah terpenuhi maka tidak dirasakan lagi sebagai kebutuhan yang mendesak maka timbul kebutuhan yang dirasakan lebih mendesak yaitu kebutuhan sosial seperti ingin masuk organisasi kemasyarakatan, partai politik dll.III. KONSEP AKTUALISASI DIRISecara etimologinya kata Aktual berarti ; betul-betul ada (terjadi); sesungguhnya, sedang menjadi pembicaraan orang banyak (ttg peristiwa tsb), baru saja terjadi; masih baru (KBBI, 2006). Aktualisasi; perihal mengaktualkan; proses, cara, perbuatan mengaktualkan. Mengaktualkan menjadikan aktual; menjadikan betul-betul ada; terlaksana. Jadi aktualisasi diri berarti: proses, cara, perbuatan mengaktualkan diri sendiri agar: betul-betul ada, pembicaraan orang banyak (Rabindra; 2006).Sebelum kita masuk ke pembahasan yang lebih lanjut, ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab; kenapa kita mau melakukan kegiatan-kegiatan rutun setiap hari? Mengapa banyak orang yang sanggup mengeluarkan berjuta-juta Rupiah hanya untuk membeli satu lukisan, membeli ikan hias yang mahal, membeli burung berkicau yang jutaan rupiah dan melakukan travelling ke luar negeri dengan biaya jalan yang mahal? Mengapa seorang selebritis bersedia memperagakan keindahan penampilan tubuh dan suaranya di hadapan orang banyak untuk bernyanyi dan berakting..? Mengapa orang bersedia menghitung laba-rugi sebuah perusahaan orang lain (akuntan), dan lain-lain, benarkah sekadar mencari penghasilan material? Kepuasan batin? Naluri sebagai manusia yang memiliki kecerdasan tinggi buat memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang tiada pernah terpuaskan? Atau jika anda seorang Muslim yang sanggup berlapar-lapar dan berdahaga menjalankan ibadah puasa yang musti dijalani sebagai hamba Allah? Jawaban yang utama dari pertanyaan ini adalah karena manusia memiliki keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selalu muncul sepanjang dia menjalani hidupnya.Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan tidak semua orang dapat memenuhinya. Maslow dalam Papu (2002) dengan teori Hirarki Kebutuhan, membagi kebutuhan manusia itu atas lima tingkatan, mulai dari tingkatan yang paling rendah yang paling mudah dipenuhi sampai kebutuhan yang paling tinggi yang paling sulit dipenuhi. Abraham Maslow (1908-1970) adalah seorang psikolog yang mencoba menemukan jawaban sistematis atas pertanyaan tersebut melalui teorinya yang terkenal, yakni teori Hirarki Kebutuhan. Menurut Maslow, dalam Mustolih (2006) kunci dari segala aktifitas manusia adalah keinginannya untuk memuaskan kebutuhan yang selalu muncul dan muncul. Kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal yaitu (dari bawah) : kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs), kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs), kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (esteem needs), dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).Aktualisasi diri merupakan puncak sekaligus fokus perhatian Maslow dalam mengamati hirarki kebutuhan. Terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan level ini, antara lain growth motivation, being needs, dan self actualization (Mustolih; 2007).IV. BAGAIMANA KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI ITU DAPAT DIPENUHI KARYAWAN…?Karyawan juga manusia, sama dengan manusia kebanyakan. Sebagai makluk individu dan makluk sosial, karyawan tidak mampu untuk hidup sendiri. Karyawan membutuhkan pengakuan dari orang lain dan kelompoknya, di lingkungan kerjanya dan masyarakat lain dimana dia berada. Dengan adanya pengakuan dan penerimaan dari kelompok dan lingkungan dimana dia berada/bekerja akan memberikan peluang baginya untuk ber-ide, berinisiatif dan berkarya. Dengan berkarya berarti seorang karyawan telah mengerahkan sebagian dan atau segenap kemanpuan dan potensi dirinya. Tetapi, dengan berkarya saja belumlah cukup. Karyawan butuh pengakuan dan penghargaan atas karya-karya mereka. Seorang karyawan akan merasa dihargai jika apa yang dia kerjakan diakui dan dihargai oleh kelompoknya terutama atasannya.Dalam banyak kasus ditemui adanya karyawan yang awalnya memiliki motivasi kerja dan kinerja yang tinggi, lalu kemudian ternyata kemudian menurun dan anjlok bahkan apatis hanya karena ulah seorang pimpinan yang tidak pernah mau mendengarkan, tidak menghargai pendapat danj karya/pekerjaan bawahannya. Jika atasan mampu melakukan pendekatan secara psikologis melalui upaya-upaya psikologis akan mampu membangkitkan semangat kerja karyawan dengan menghasilkan ide-ide dan karya-karya cemerlang mereka. Sayangnya masih banyak atasan/pimpinan yang belum mengerti betapa pentingnya menerima dan menghargai ide/gagasan dan karya-karya karyawannya. Kebanyakan pimpinan hanya mendengar, memperhatikan dan menghargai pekerjaan para staf mereka yang berada di sekitarnya.Pimpinan yang baik adalah pimpinan yang mampu memberi peluang bagi karyawannya untuk mengembangkan potensi dirinya. Melalui pengembangan potensi diri, karyawan akan mampu berkreasi sesuai dengan potensinya yang pada sasarannya akan menghasilkan karya-karya inovatif dan produktif. Sebaliknya pimpinan yang tidak memberi jalan dan peluang bagi karyawannya untuk mengembangkan potensi dirinya akan membuat karyawan menjadi terkekang dan merasa tidak berkembang. Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa pernah menjadi perhatian untuk dicarikan jalan keluarnya akan menghasilkan karyawan-karyawan yang statis dan apatis.Secara teori, perangkat/alat yang dapat digunakan untuk meningkakan motivasi budaya kerja karyawan adalah dengan pemberian sejumlah uang. Namun, penelitian terakhir yang dilakukan oleh Artiningsih (2006) dalam disertasinya menemukan bahwa, ini hanya berlaku untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan-perusahaan besar yang bekerja secara tim, tetapi tidak berlaku bagi karyawan tingkat menengah. Hal ini mengisyaratkan secara terselubung ada sesuatu kebutuhan yang belum terpenuhi/diterima oleh mereka. Dalam rekomendasinya Artiningsih merekomendasikan agar perusahaan harus lebih berorientasi merit system pada kontribusi individu dalam tim, posisi karyawan dan memperhatikan pengalaman kerja karyawan.V. PENUTUPUntuk dapat bertahan hidup, manusia harus mampu memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis. Kebutuhan manusia tersusun atas lima hirarki/derajad mulai dari kebutuhan yang paling rendah (dasar/primer) yang pemenuhan nya paling mudah sampai pada kebutuhan yang paling tinggi yang tidak semua orang mampu memenuhinya. Pimpinan yang baik adalah pimpinan yang mampu memberi peluang bagi karyawannya untuk mengembangkan potensi dirinya. Memberikan peluang bagi karyawan untuk mengembangkan potensi dirinya akan menghasilkan berbagai karyawa inovatif dan produktif. Menghambat pengembangan potensi diri karyawan akan berakibat pada tersiptanya karyawan yang statis dan apatis. DAFTAR PUSTAKA1. Papu, Johanes, 2002. Memotivasi Karyawan, Team e-Psikologi. http://www.e-psikologi.com/wirausaha/mtv.htm. Diakses tanggal 14 september 2007.2. Mustolih, 2007. Hirarki Kebutuhan : Sebuah Renungan Tentang Hakikat Diri dan Tujuan Hidup Kita. http://mustolihbrs.wordpress.com/2007/06/28/hirarki-kebutuhan-sebuah-renungan-tentang-hakikat-diri-dan-tujuan-hidup-kita/. Diakses tanggal 14 September 2007.3. --------------, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).4. Rabindra, 2006. Aktualisasi Diri. http://the-incandescent.blogspot.com/2006/09/aktualisasi-diri.html . Diakses tanggal 14 September 2007.5. Purwanto, Ngalim, 1990. “Psikologi Pendidikan”. PT Remaja Rosdakarya, Bandung cet.5.6. Artiningsih, Dwi Wahyu, 2006. ”Kompensasi: Pengaruhnya terhadap Budaya dan Kinerja Perusahaan PMDN di Kalimantan Selatan” Program Pascasarjana Universitas Brawijaya,. http://prasetya.brawijaya.ac.id/jul06.html. Diakses tanggal 27 Agustus 2007.

Artikel

DOSEN SWASTA DARI PERSPEKTIF MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Drs. Effiyaldi, MM*)
Abstrak Masalah rendahnya gaji dosen yang berakibat pada terpuruknya kualitas pendidikan tinggi karena di saat-saat menunaikan tugasnya mengajar, mereka (dosen) juga harus berpikir bagaimana mencari tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Dari 2700 lebih perguruan tinggi di Indonesia sebahagian besarnya merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Merekalah penyumbang terbesar dalam meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia.
Kata Kunci; Dosen Swasta, Perguruan Tinggi, Manajemen Sumber Daya Manusia

Riset

Analisis Validitas Dan Reliabilitas Soal Tes Penerimaan Mahasiswa Baru Pada STIKOM Dinamika Bangsa

Oleh:
Drs. Effiyaldi, MM

Dosen Tetap STIKOM Dinamika Bangsa


Abstrak
Rekrutmen mahasiswa baru STIKOM Dinamika Bangsa dilaksanakan melalui tes tertulis, meliputi; Attitude , Matematika dan Bahasa Inggris. Namun, tidak pernah diketahui validitas dan reliabilitas dari setiap item soal tes tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas item soal tes mahasiswa baru STIKOM Dinamika Bangsa. Jumlah seluruh responden sebanyak 533 orang dengan sampel sebanyak 53 orang. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa seluruh soal tes tersebut tidak valid dan tidak reliabel. Rekomendasi untuk pihak manajemen STIKOM Dinamika Bangsa adalah sebelum soal tes digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

Kata Kunci: Validitas, Reliabilitas, Soal tes.

Riset

Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Pada Perpustakaan STIKOM Dinamika Bangsa

Drs. Effiyaldi, MM
Dosen Tetap STIKOM Dinamika Bangsa

Abstrak
Selama ini belum ada informasi ilmiah mengenai kepuasan mahasiswa tentang keberadaan perpustakaan STIKOM Dinamika Bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kualitas pelayanan perpustakaan STIKOM Dinamika Bangsa terhadap kepuasan mahasiswa. Sumber data diperoleh dari mahasiswa melalui kuisioner menggunakan skala Likert dengan populasi berjumlah 1.837 orang dan sampel sebanyak 184 orang. Metode pengambilan dan penetapan sampel adalah dengan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pelayanan yang diberikan perpustakaan STIKOM Dinamika Bangsa, mahasiswa merasa kurang puas. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan terhadap kualitas pelayanan sehingga terjadi peningkatan kepuasan mahasiswa STIKOM Dinamika Bangsa selaku pengguna terbesar perpustakaan tersebut.

Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan, Perpustakaan.

Renungan...

From: arief roesadi baqute@yahoo.com

Adakah yang Akan Mendoakan Kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandidan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat diRS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelapdalam mimpi malam, dalam dunia roh seorangmalaikat menghampiri si pengusaha yangterbaring tak berdaya.Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalamwaktu 24 jam ada 50 orang berdoa buatkesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dansebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang akutetapkan belum terpenuhi, itu artinya kauakan meninggal dunia!"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mahgampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanjiakan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.Tepat pukul 23:00, Malaikat kembalimengunjunginya; dengan antusiasnya sipengusaha bertanya, "Apakah besok pagi akusudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buataku, jumlah karyawan yang aku punya lebihdari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku,aku sudah berkeliling mencari suara hati yangberdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3orang yang berdoa buatmu, sementara waktumutinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalaudalam waktu dekat ini ada 50 orang yangberdoa buat kesembuhanmu" .Tampa menunggu reaksi dari si pengusaha, simalaikat menunjukkan layarbesar berupa TV siapa 3 orang yang berdoabuat kesembuhannya. Di layar itu terlihatwajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada2 orang anak kecil, putra putrinya yangberdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesanair mata di pipi mereka".Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu,kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatankedua? Itu karena doa istrimu yang tidakputus-putus berharap akan kesembuhanmu"Kembali terlihat dimana si istri sedangberdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahukalau selama hidupnya suamiku bukanlah suamiatau ayah yang baik! Aku tahu dia sudahmengkhianati pernikahan kami, aku tahu diatidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun diamemberikan sumbangan, itu hanya untukpopularitas saja untuk menutupi perbuatannyayang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan,tolong pandang anak-anak yang telah Engkautitipkan pada kami, mereka masih membutuhkanseorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkanmereka seorang diri."Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalirdi pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air matamengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah". Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrahkalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal,karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".Dengan terheran-heran dan tidak percaya, sipengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan."Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. ""Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. "Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain...Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.Terima kasihKarena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya,tapi dari kekuatan hatinya. Katakan ini dengan pelan, "Ya TUHAN saya mencintai-MU dan membutuhkan- MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...! !!